1. Soekarno Sakit saat Proklamirkan Kemerdekaan
2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana
3. Bendera Dari Seprai
Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain seprei tempat tidur dan warna merahnya dari tukang soto!
4. Akbar Tanjung Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”
5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara
6. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Film
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun Yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film – dalam bahasa Inggris; “The Year of Living Dangerously”. Film tersebut menceritakan pengalaman seorang wartawan Australia yang ditugaskan di Indonesia pada 1960-an, pada detik-detik menjelang peristiwa berdarah tahun 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk film kategori film asing.
7. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya di dunia, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Widyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahankan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, disitulah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang.
9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat di dokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga saat ini. Saat tentara Jepang ingin merampas negative foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif film itu diaduk dan dipublikasikan secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?
10. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi
11. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan di Indonesia Saja
Bendera merah putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1960. Selain itu, masih menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya benar-benar merupakan karya asli W.R. Supratman, ataukah ‘terinspirasi’oleh lagu Perancis, “Les Marseilles”, yang memiliki nada-nada yang sangat mirip.
12. Tidak Ada Nama Jalan Soekarno-Hatta
Bandara Soekarno-Hatta |
Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak member imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta, Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangun fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.
13. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab baru 1986 Pemerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.
14. Indonesia Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator
Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamatsi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda , Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul itu ditolak oeh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri oleh Soekarno, Hatta, dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni, Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.
15. Jenderal Soedirman Tidak Pernah Duduki Jabatan Resmi
0 komentar:
Posting Komentar